Jika kita tidak mengetahui tekanan darah kita sehari-hari, jangan kaget kalau suatu waktu nanti berkunjung ke rumah sakit dokter berkata: "Bu/Pak, Anda terkena Hipertensi."
Setiap kali berobat ke dokter, salah satu prosedur pemeriksaan yang tidak akan terlewatkan adalah pengecekan tekanan darah. Itu berarti, sebagian besar gambaran kondisi tubuh kita bergantung pada tekanan darah. Dari pengecekan tekanan darah, dokter bisa mendeteksi beragam penyakit, mulai dari hipertensi, sakit jantung, stroke, gagal ginjal, dll.
Penjelasannya begini, tekanan darah merupakan ukuran seberapa keras darah menekan dinding arteri ketika jantung memompa darah ke seluruh anggota tubuh kita. Ukuran tekanan darah biasanya ditulis dalam dua angka dalam satuan milimeter merkuri, misalnya 120/80 mmHg.
Angka yang lebih besar (120) di dapatkan ketika jantung berkontraksi menghasilkan denyut jantung, biasa disebut tekanan sistolik.
Adapun angka yang lebih kecil (80) didapat saat jantung berelaksasi, namanya tekanan diastolik.
Seseorang dikatakan bertekanan darah normal pada angka 120/80 mmHg. Lebih atau kurang dari itu, maka situasi tekanan darah sedang tidak normal seperti tekanan darah rendah atau bisa juga menunjukkan gejala hipertensi. Saat tekanan darah meninggi, darah menekan dinding dalam pembuluh terlalu keras, sehingga pelan-pelan dapat merusak jaringan tipis di dalam pembuluh arteri.
Apabila tekanan darah tinggi berkelanjutan, maka celah robekan pada arteri membuat lemak dan kalsium tersangkut, lalu menumpuk jadi plak lemak atau aterosklerosis. Plak lemak dan deposit kalsium ini yang kemudian membuat dinding pembuluh darah jadi tebal, sempit, dan tidak elastis. Walhasil, jantung harus lebih keras memompa darah agar aliran darah tetap maksimal.
Nah kalau siklus ini berlangsung terus menerus bisa mengakibatkan jantung tidak lagi mampu bekerja keras dan akhirnya rusak. Sementara itu, pembuluh darah yang menyempit juga menghambat pasokan darah dan oksigen ke organ-organ penting tubuh, seperti otak dan ginjal. Inilah sebabnya kita harus selalu mengendalikan tekanan darah agar tidak terlampau rendah atau terlampau tinggi.
Hipertensi menempati kursi kedua dalam faktor risiko penyebab kematian dan disabilitas di Indonesia pada 2016, setelah pola makan yang buruk.
HealthData.org
American Heart Association (AHA) menyebutkan, kerusakan pembuluh darah sudah terjadi begitu tekanan darah mencapai 130/80 mmHg. Berarti tiap kenaikan 20 mmHg pada tekanan darah sistolik atau 10 mmHg pada tekanan darah diastolik sama artinya dengan meningkatnya risiko penyakit.
Persoalannya bukan saja soal tekanan darah yang bikin pembuluh darah rusak, namun akibat dari rusaknya pembuluh darah itu yang perlu diwaspadai. Ambil contoh, gara-gara hipertensi seseorang dapat terserang stroke.
Penyebabnya adalah arteri pada otak yang perlahan dirusak tekanan darah tinggi. Hal ini kemudian menyebabkan darah menggumpal atau pembuluh darah pecah, yang sama-sama berujung pada stroke. Ketika stroke terjadi, sebagian otak tidak lagi mendapat kiriman darah dan oksigen. Inilah kondisi yang berbahaya.
Seperti kita ketahui, stroke tidak hanya mengancam otak itu sendiri, stroke juga mengancam kemampuan berpikir, bergerak, melihat, berbahasa, dan mengingat. Sudah pasti, stroke mengubah seluruh kehidupan orang yang mengalaminya.
Cek tekanan darah di rumah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran menurunkan tekanan darah hingga di bawah 130/85 mmHg. Dengan demikian risiko hipertensi dan penyakit yang mengekor dapat dihindari. Apa saja yang perlu diperhatikan saat mengecek tekanan darah sendiri di rumah?
- Duduk tenang setidaknya dua menit 1 sebelum mengecek tekanan darah. Telapak kaki datar di atas lantai, dengan punggung dan tangan dalam posisi tegap. Sebisa mungkin berselang 30 menit dari olahraga, minum kopi, alkohol, dan merokok.
- Periksa pada pagi hari dan malam sebelum tidur. Pengukuran tekan-an darah pada pagi hari harus dilakukan paling lambat 1 jam setelah terbangun. Sebelumnya, lakukan sarapan dan buang air kecil. Jika Anda mengonsumsi obat anti hipertensi, konsumsi setelah melakukan pengukuran. Catat perbedaan tekanan darah pagi dan malam.
- Ukur dua kali setiap pagi dan malam hari 3-7 hari berturut-turut. Beri jarak 1 menit antara pengukuran tekanan darah. Dari dua angka pengukuran, didapat rata-rata angka tekanan darah. Pisahkan rata-rata pengukuran di pagi dan malam hari.Selain stroke, hipertensi juga bisa menyerang ginjal. Organ berbentuk kacang ini berfungsi sebagai sistem penyaring yang membuang zat sampah dan kelebihan cairan di tubuh lewat pembuluh darah.
Ketika pembuluh darah mulai rusak, nefron atau penyaring darah di ginjal tidak menerima oksigen dan nutrien yang dibutuhkan untuk bekerja optimal. Kerusakan pembuluh darah juga menyebabkan terganggunya suplai darah ke jaringan ginjal. Jika dibiarkan, lama-kelamaan ginjal pun tidak berfungsi lagi alias gagal ginjal.
Celaka bagi penderitanya, hipertensi biasanya tidak menyebabkan gejala apapun. Orang sering merasa sehat-sehat saja lalu tiba-tiba terserang penyakit kronis dan komplikasi organ. Padahal, proses rusaknya jantung dan organ lain telah berlangsung sebelumnya karena tekanan darah tidak dijaga dan terpantau. Pantas saja hipertensi disebut silent killer.
Jangan remehkan garam
Sebetulnya, apa yang menyebabkan tekanan darah jadi naik hingga menjadi hipertensi? Konon seba-nyak 95% kasus hipertensi di AS sulit digambarkan penyebabnya. Inilah yang disebut dengan hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Meski penyebabnya tidak diketahui, hipertensi jenis ini dipengaruhi beberapa hal, di antaranya faktor keturunan, jenis kelamin, usia 40 ke atas, dan ras.
Di samping hipertensi esensial, ada pula hipertensi sekunder, yang diketahui asal usulnya. Misalnya terjadi hipertensi gara-gara kebiasaan merokok, obesitas, kurang kegiatan fisik, dll. Di samping itu, hipertensi sekunder juga dipicu konsumsi alkohol, gangguan tidur, stres, dan konsumsi garam maupun lemak hewani yang berlebih. Dari penyebabnya kita mafhum, bahwa sebetulnya hipertensi jenis ini bisa dicegah.
Banyak orang yang sepele dengan pemicu hipertensi sehingga acuh saja terhadap himbauan kesehatan. Soal konsumsi garam, misalnya. Kita sering tidak sadar bahwa kandungan garam dalam makanan tidak melulu di makanan yang terasa asin saja.
Natrium pada garam pun banyak digunakan pada makanan-makanan manis. Rupanya natrium tidak dijadikan untuk mengubah rasa, namun banyak digunakan untuk mengawetkan dan menyedapkan makanan. Jadi, kita perlu berhati-hati dengan makanan berpengawet dan juga penyedap rasa.
Tubuh manusia memang membutuhkan natrium untuk mengontrol volume dan tekanan dalam pembuluh darah, tetapi secukupnya saja. Jika konsumsi garam berlebih, maka natrium yang terlalu banyak membuat beban kerja ginjal bertambah untuk membuangnya lewat saluran kemih. Kemudian natrium yang bersifat mengikat air membuat volume darah meningkat. Sehingga ketika volume darah yang mengalir deras tidak berimbang dengan ukuran pembuluh darah, tekanan pada pembuluh darah menjadi lebih besar. Ujung-ujungnya hipertensi!