Parestesia: Gejala Awal yang Tak Boleh Diabaikan
Kisah Nyata: Stroke yang Datang Tanpa Diduga
Parestesia atau kesemutan sering dianggap sepele. Namun, bagi Mariyani, seorang perempuan berusia 59 tahun, kesemutan menjadi awal dari bencana besar.
Suatu pagi, ia merasakan kesemutan di bawah ketiaknya. Awalnya biasa saja, namun rasa itu bertahan berjam-jam dan disertai kaku seperti keram yang menjalar ke seluruh tubuh. Dalam waktu 6 jam, Mariyani lumpuh total, hanya matanya yang bisa bergerak. Ia bahkan tidak mampu berbicara, layaknya orang koma.
Putrinya, Masriyani, segera membawanya ke rumah sakit di Jakarta. Setelah pemeriksaan intensif, dokter mendiagnosis Mariyani terkena stroke dan harus menjalani opname.
Hipertensi Sebagai Pemicu Utama Stroke
Mariyani diketahui menderita hipertensi selama 14 tahun. Saat masuk rumah sakit, tekanan darahnya mencapai 200/100 mmHg. Setelah dua hari perawatan, tekanan darahnya turun menjadi normal, namun kondisinya belum membaik.
Menurut dr. Yuda Turana, SpS, hipertensi adalah penyebab utama stroke, terutama tipe stroke sumbatan. Tekanan darah tinggi dapat:
-
Merusak dan melemahkan pembuluh darah otak.
-
Menyebabkan pembuluh darah menyempit, sobek, atau bocor.
-
Memicu terbentuknya gumpalan darah yang menghambat aliran darah ke otak.
Gejala stroke dapat berupa:
-
Mati rasa atau kelemahan mendadak pada wajah, lengan, atau kaki (terutama satu sisi tubuh).
-
Pandangan kabur mendadak.
-
Sulit berbicara atau bingung.
-
Kehilangan keseimbangan saat berjalan.
Data WHO tahun 2001 menunjukkan terdapat 20,5 juta penderita stroke di seluruh dunia, dengan 5,5 juta di antaranya meninggal. Hipertensi menyumbang 17,5 juta kasus stroke.
Upaya Pengobatan: Dari Terapi hingga Propolis
Sepulang dari rumah sakit, Mariyani mencoba terapi akupunktur sebanyak tiga kali, namun belum menunjukkan hasil. Ia juga rutin mengonsumsi obat hipertensi kaptopril untuk mengendalikan tekanan darah.
Tiga bulan setelah stroke, Masriyani memberi ibunya propolis—produk lebah yang dikenal kaya antioksidan. Dosis awal:
-
5 tetes propolis dicampur setengah gelas air, diminum 3 kali sehari.
Hasilnya mulai terlihat setelah satu bulan: tangan dan kaki yang lumpuh perlahan bisa digerakkan. Tiga bulan kemudian, Mariyani sudah bisa berbicara dan berjalan. Kini ia tetap mengonsumsi propolis dalam dosis rendah (3 tetes sebelum tidur).
Propolis dan Manfaatnya
Propolis dihasilkan lebah dari getah dan bagian tumbuhan tertentu, lalu digunakan sebagai pelapis sarang untuk melindungi dari penyakit.
Menurut Prof. Dr. Mustofa, M.Kes., Apt (UGM), propolis mengandung flavonoid dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan, membantu:
-
Melindungi sel tubuh dari radikal bebas.
-
Mempercepat regenerasi sel.
Produk propolis di pasaran kini bervariasi, ada yang dikombinasikan dengan jintan hitam, madu, atau klorofil, memberikan manfaat tambahan untuk kesehatan.
Pelajaran Penting: Waspadai Gejala Stroke
Kisah Mariyani mengajarkan bahwa:
-
Kesemutan berkepanjangan bukanlah hal sepele.
-
Hipertensi harus dikendalikan untuk mencegah stroke.
-
Penanganan cepat dapat meminimalkan kerusakan akibat stroke.
-
Pendekatan alami seperti propolis dapat menjadi pendukung pemulihan, namun tetap perlu pengawasan medis.
Kesimpulan:
Stroke bisa datang tiba-tiba, diawali gejala ringan seperti parestesia. Mewaspadai tanda-tanda awal, mengontrol tekanan darah, dan menjaga gaya hidup sehat adalah langkah terbaik untuk mencegahnya.